Adaptasi

Upaya manusia bertahan dari bencana pandemi

Cari Bantuan

Cari tahu bantuan psikologi yang bisa kamu dapatkan

Kiat Sehat

Kiat tetap sehat fisik dan psikologis saat pandemi

Belajar Psikologi

Kembangkan wawasan keilmuan psikologi

Info Studi

Dapatkan info studi psikologi di dalam dan luar negeri


Tes Kemampuan Intelegensia


Ketika mendengar kata "Tes Intelegensia" pada umumnya masyarakat akan menghubungkannya dengan "Tes IQ". Selama bertahun-tahun, banyak sekolah dari dasar sampai lanjutan di Indonesia menggunakan Tes Intelegensia sebagai salah satu tes yang digunakan dalam proses admisi siswa pada sekolah. Untuk sekolah penggunaan tes intelegensia dapat memberikan berbagai informasi yang relevan mengenai profil siswa, seperti potensi linguistik, matematis, daya juang, dll.

Namun banyak salah kaprah yang terjadi pada siswa ataupun orang tua murid yang pada umumnya masih awam mengenai tes intelegensi. Ketika mendapatkan Tes tersebut calon siswa, ataupun siswa yang di tes pada kesempatan lain mungkin hanya memperhatikan Hasil Tes Intelegensi melalui hasil angka IQ maupun pada tingkatan jenjang IQ, seperti rata-rata atau tinggi. 

Untuk memperbaiki pemahaman mengenai IQ dan tes intelegensi, mari kita sama-sama meninjau kembali pengertian mengenai intelegensi dan tes kemampuan intelegensia.


Intelegensia

Intelegensia dan IQ sering dijadikan acuan bagi masyarakat untuk menilai kecerdasan seseorang, masyarakat pada era sebelum teknologi digital berkembang sering menjadikan IQ sebagai patokan utama memprediksi kesuksesan seseorang. Padahal pada dasarnya IQ atau kecerdasan intelegensia hanyalah sebuah acuan untuk mengetahui potensi seseorang dalam ranah kognitif dan rasional. 

Menurut Feldman (2010), intelegensia adalah kapasitas seseorang untuk memahami dunia, berfikir rasional, dan menggunakan sumber daya secara efektif ketika menghadapi tantangan. 

Selama bertahun-tahun, peneliti psikologi berusaha memecahkan bentuk sebenarnya dari intelegensia. Bagaimana setiap manusia bisa memiliki kemampuan yang berbeda-beda, ada yang memiliki kecakapan pada bidang sastra namun lambat dalam menghitung, atau orang lain yang cekatan dalam menghitung namun kesulitan untuk menghafal teori-teori. 

Untuk menjelaskan hal tersebut, Spearman pada tahun 1904 mengungkapkan sebuah teori yang berjudul "Teori dua Faktor" yang mengungkapkan intelgensia menjadi dua bentuk yaitu faktor "g" dan faktor "s".  Singkatnya, faktor "g" merupakan kecerdasan umum yang saat ini kita sering sebut sebagai intelgensia, yaitu potensi kemampuan intelektual umum seseorang, sedangkan "s" adalah kemampuan mental khusus seseorang seperti kemampuan bahasa, matematis, musik dll.

Penjelasan lebih lengkap mengenai intelegensia dapat kamu baca disini.


Tes Kemampuan Intelegensia



Kemampuan : aktual dan potensial.

Aktual: kemampuan nyata, sudah terwujud, prestasi, achievement.
 achievement test, tes prestasi.
Potensial: kemampuan terpendam, belum menjadi nyata, kecenderungan, sebagai dasar dari diperolehnya kemampuan aktual.
 psychological test: ability test, intellectual test, kognitive test
Kemampuan potensial: umum (general) dan khusus (special).
General: umum,dalam hal apa saja, tidak menunjuk bidang atau bagian atau dalam hal apa.
 intelligence test
Special: kemampuan potensial khusus dalam hal tertentu, menunjuk dalam bidang tertentu, misalnya dalam seni.
 aptitude test
Inteligensi: general intelligence, special intelligence
Bakat : general aptitudes, special aptitudes.
Inteligensi dan bakat: menunjukkan keluasaan dari kemampuan itu.    

Beberapa definisi inteligensi: kemampuan membuat kombinasi, kemampuan menciptakan tujuan, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berfikir abstrak. 
Inteligensi sebagai satu kesatuan, kemampuan tunggal, tidak ada bagian-bagiannya.
 general intelligence
Misalnya: Binet (umur mental) dan Raven (tingkat berfikir).
Wechsler: definisinya umum, tetapi tesnya menunjukkan kemampuan khusus. 
Definisi lain: inteligensi adalah sekumpulan kemampuan, terdiri dari berbagai kemampuan khusus.
 special intelligence.
Teori dua faktor inteligensi dari Spearman: terdiri dari dua faktor yaitu faktor g (general); dan faktor s (special).
Teori tiga faktor inteligensi dari Burt: fakotr g, faktor c (common) dan faktor s.
Thurstone: ada hanya faktor c dan s (jumlahnya banyak), faktor g tidak ada.
Guilford: yang pokok adalah faktor c, dan jumlahnya banyak         




Suryobroto: ada tiga fase perkembangan tes inteligensi, fase persiapan, fase naif, fase mencari yang culture free, fase kritis.
Fase Persiapan: sampai muncul tes Binet.
Fase Naif: setelah Binet, penggunaan tes tanpa mengingat kelemahan yang ada, asal pakai karena suka, timbul efek negatif.
Fase Mencari yang bebas budaya: kelemahan yang nampak adalah sangat kuatnya pengaruh budaya, masuk melalui tes bahasa dan gambar nyata, maka dibebaskan dari hal tesrsebut, tidak memakai bahasa dan gambar nyata, bentuk soal hanya berupa matrik atau pola bentuk.


Munculah tes :Progressive matrices (Raven),  CFT (Culture Fair Test), DAM (drawing a man dari Goodenough), tes Labyrinth (Porteus) 
Fase Kritis: ternyata tidak mungkin culture free, hanya bisa culture fair (adil), dan yang peting kritis, memahami keterbatasan dan kelemahan tes inteligensi, tes yang ada disempurnakan agar adil terhadap budaya. 
Kelemahan : tidak bebas budaya, hanya cocok untuk tingkah laku tanpa afeksi, cocok untuk kepribadian (penurut, daya saing yang beasr, berpegang pada prinsip ekonomi), cocok untuk pola pikir convergen (lawan kreativitas, devergen)  

Tes individual untuk anak : Skala Stanford Binet, WISC, WPPSI, K-ABC (Kaufman Assessment Battery for Children), DAS (Defferential Ability Scales), Das-Naglieri Cognitive Assessment System (CAS).
Tes individual dewasa: WAIS, K-AIT (Kaufman Adolescent and Adult Intelligence Test)
Berdasar Pembuatnya: Tes Binet, Tes Wechsler (WAIS, WISC, WWPSI), Tes Kaufman (K-ABC, K-AIT, K-BIT, Kaufman Brief Intelligence Test)

WECHSLER ADULT INTELLIGENCE SCALE (WAIS)

Dibuat oleh Wechsler pada 1955 sebagai penyempurnaan dari Wechsler-Belleuve Intelligence Scale (Skala WB), menyusul setelah dibuat WISC (1949), dan kemudian WPPSI (1967). Bentuk yang sekarang ini merupakan revisi 1981 – WAIS-R. untuk umur 16 s.d. 74 tahun. (Bandingkan: WISC – 7 s.d. 16 tahun 11 bulan dan WPPSI – 3 s.d. 7 tahun 3 bulan).
Tes ini menyediakan banyak bentuk soal (subtes) dan sangat lengkap meliputi verbal (lesan) dan performance (kinerja). Masing-masing subtes memberikan prosedur testing yang rumit dan unik. Subtes-subtes disajikan secara terpisah. 
WAIS (lanjutan):
Subtes-subtes Verbal :Information ( Informasi : penegtahuan umum); Comprehension ( Pemahaman : pemecahan masalah); Arithmatic (Hitungan : pemecahan masalah angka); Similarities (Persamaan : dua kata./istilah); Digit Span (Rentang Angka : meniru serangkaian angka); Vocabulary (Perbendaharaan Kata: pengertian kata) ;
Subtes-subtes Performance: Digit Symbol ( Simbol Angka: cepat memahami symbol angka); Picture Completion (Melengkapi Gambar); Block Design (Rancangan Balok: menyusun dadu); Pictue Arrangement (Mengatur Gambar); Object Assembly (Merakit Objek: menyusun potongan) 
Kemungkinan penggunaan tes ini:
Pemakaian khsusus untuk mengetahui kemampuan dan kecerdasan secara lebih singkat, tidak terlalu lama. Hanya beberapa subtes (verbal dan verbal) yang dilaksanakan, atau hanya subtes verbal saja (misalnya untuk Tunanetra), atau subtes performance saja (misalnya untuk TunaRungu).

Kaufman Scale :
Dikembangkan pada tahun 1980 -1990. Dari instrumen bidang klinis, dikembangkan untuk banyak kegunaan.
Macamnya :
1. Kaufman Assessment Battery for Children (K – ABC)
2. Kaufman Adolecenct and Adult Intelligence Test (KAIT)
3. Kaufman Brief Intelligence Test ( K – BIT)
K – ABC ( usia 2,5 th – 12,5 th)
Dasar : perkembangan kogntif
Hasil tes: bukan hanya nilai tunggal (IQ), juga skor majemuk,  analisis profil, diagnostik
Bentuk tes :
1. Pemrosesan Serentak : mengatur secara serial atau temporal
   Subtes: Verbal, numerikal, visio-perseptual
2. Pemrosesan Simultan : sintesis dan pengorganisasian.
   Subtes: Spatial dan Visio-perseptual
3. Skala prestasi : Kemampaun real di sekolah : membaca, aritmatika,
   dan pengetahuan umum.
    bukan kemampuan aktual  inteligensi.      



KAIT (usia 11 th – 85 th)
Dasar : kosep inteligensi : kristal (crystal) dan Cair (liquid) dari Horn dan Catell.
Mengukur kemampuan yang diperoleh dari sekolah dan proses
alkulturasi (Skala Kristal), dan digabungkan dengan Skala Cairan, proses pemecahan problem baru
Dapat mengungkap pola berfikir dan gangguan dalam berfikir
Mampu memberikan gambaran yang komprehensif dan detail dari proses kognitif (operasional formal dari Piaget).

DAS (oleh Elliot 1990-an)
Penyempurnaan dari British Ability Scales (BAS) yang telah   dikembangkan sejak tahun 1970-an.
Tujuannya sama dengan tes Stanford – Binet dan skala Wechsler :
Mengklasifikasikan orang dalam kemampuan umum dan profil kekuatan dan kelemahannyya.
DAS memiliki tingkat teknis dan teoritik yang lebih maju.
Istilah inteligensi dan IQ tidak dipergunakan dalam DAS, tetapi digunakan istilah teknik (perilaku), seperti organisasi, atau pernyataan yang lebih eksplisit, general conceptual ability (GCA), kemampuan tinggi (H), kemampaun rendah (L), cognitive battery.
Sub tesnya : (1) Inti (2) Diagnostik (3) Prestasi.

Contoh: CPM, SPM, APM, CFT (Culture Free Test of Intelligence), Lorge-Thorndike Intelligence Test.
CPM, SPM, APM:
Dibuat oleh Raven, bentuknya progressive matrices, mengetahui tingkat berfikir, general intelligence.
CFT:
Dibuat oleh Cattell pada sekitar 1933-1950, itemnya terdiri dari pola-pola bentuk seperti pada tes Raven, hanya lebih variatif, menghindari tes verbal,berguna untuk mencegah masuknya pengaruh budaya.
Torge-Thorndike Intelligence Test:
Dibuat oleh Iriving Lorge dan Robert L Thorndike pada 1954, untuk siswa sekolah dari TK s.d. SMA.
Ada lima level : (I) untuk TK dan Kelas 1, (II) siswa kelas 2 dan 3, (III) untuk kelas 4 s.d 6, (IV) kelas 7 s.d. 9, (V) kelas 10 s.d. 12.
Level I dan II: tes verbal (verbal understanding) dan non verbal (reasoning), diberikan bersama, respon dengan memberi tanda gambar oleh guru, tidak bisa klasikal.
Level III ke atas : verbal dan non verbal diberikan secara terpisah, dan bisa diberikan secara klasikal.
Subtes VerbaL: sentence completion, verbal classification, arithmatic reasoning, vocabulary.
Subtes Non Verbal: figure calssification, number series, figure analogies.  

Tes Kemampuan Intelegensia Tes Kemampuan Intelegensia Reviewed by septiadhi wirawan on Juni 30, 2012 Rating: 5

Tidak ada komentar:



Diberdayakan oleh Blogger.