Abnormalitas biasanya terjadi ketika sebuah kondisi atau perilaku dianggap berbeda dengan keadaan yang dianggap normal. Keadaan dan perilaku ini tentunya sangat bias terhadap penilaian masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu dalam Psikologi, terdapat beberapa pendekatan untuk menilai sebuah perilaku dianggap normal atau tidak normal.
Sekilas terlihat seperti mudah
Menilai sebuah perilaku normal atau abnormal sekilas mungkin hal yang umum kita lakukan. Namun dalam beberapa bentuk kejadian, menilai abnormalitas bisa saja menjadi lebih sulit. Misalnya di Indonesia, pernikahan pada usia muda merupakan hal yang masih kontradiktif. Walaupun batas usia pernikahan telah ditentukan oleh pemerintah, namun di beberapa daerah di Indonesia masih terdapat pelaksanaan pernikahan yang melibatkan anak usia belasan. Misal pernikahan AA, seorang remaja di daerah NTB yang menikah pada usia 14 tahun. Di Jakarta, mungkin yang terjadi pada AA bisa disebut “tidak normal” untuk anak anak seusianya Namun bagi AA dan beberapa remaja lain seusianya di daerahnya hal tersebut masih bisa dianggap biasa. Walaupun pihak dinas terkait telah berupaya berkomunikasi dengan warga untuk terus meminimalisir pernikahan usia anak tersebut.
Kriteria Perilaku Abnormal
Untuk menilai sebuah perilaku normal atau tidak,
setidaknya dapat dinilai dari bebepa pendekatan : pendekatan statistic,
penyimpangan dari norma sosial,
Pendekatan statistik
Perilaku
seseorang biasanya dianggap abnormal apabila perilakunya menyimpang dari
perilaku rata-rata orang lain pada suatu ruang lingkup. Misalnya, apabila di
suatu kelas rata-rata murid tidak ingin mendapatkan PR dari gurunya, maka murid
yang ingin mendapatkan PR mungkin akan dianggap menyimpang.
Pendekatan
statistik ini juga bisa menjelaskan bagaimana penilaian abnormalitas terjadi pada
suatu keadaan, misal intelegensia. Berdasasrkan pendekatan ini, siswa yang
memiliki IQ di bawah atau di atas rata-rata bisa saja dianggap Abnormal,
padahal bisa jadi keberfungsian dan performa yang mereka miliki lebih baik
dari rata-rata siswa pada umumnya.
Penyimpangan dari norma sosial
Sebuah
perilaku yang melangar norma sosial, walaupun dilakukan oleh banyak orang tetap dapat disebut sebagai perilaku abnormal oleh kelompok sosial yang menerapkan norma tersebut. Norma sosial adalah tatanan aturan yang dipercaya
dalam sebuah masyarakat. Norma sosial tersebut bisa tertulis maupun tidak
tertulis, dan dapat dipengaruhi oleh adat, budaya dan kepercayaan masyarakat
setempat.
Contoh perilaku yang melanggar Norma Sosial misalnya berjudi. Biasanya kegiatan berjudi bisa dilakukan secara terselubung di sebuah tempat. Walau yang melakukan banyak, tapi secara umum perilaku tersebut tetap dianggap menyimpang karena memiliki dampak yang buruk terhadap lingkungan tersebut.
Norma sosial pada umumnya digunakan oleh masyarakat untuk mengontrol perilaku yang dinilai memberikan dampak negatif di lingkungannya. Misal perilaku merokok di sembarang tempat atau membuang sampah tidak pada tempatnya. Di beberapa tempat hal ini dianggap sebagai perilaku yang menyimpang karena memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan mereka.
Perilaku Maladaptif
Sebuah perilaku dapat disebut perilaku maladaptif ketika perilaku yang bersifat respon dianggap berbahaya atau memberikan dampak buruk bagi dirinya atau orang lain dan lingkungan disekitarnya. Perilaku maladaptif bisa terjadi karena kurangnya pemahaman, ketidak-tahuan, atau ketidak-mampuan dalam merespon sebuah stimus secara tepat dan adekuat.
Contoh perilaku maladaptif bisa terjadi pada perilaku kekerasan dalam rumah tangga. Banyak pelaku kekerasan dalam rumah tangga melakukan kekerasan sebagai bentuk respon maladaptif terhadap kejadian-kejadian yang dialaminya di rumah. Penelitian Basri dkk, memberikan contoh gambaran kekerasan di rumah bisa dialami oleh suami juga.
Artikel Terkait
Perilaku Abnormal dalam kerangka budaya Indonesia
Tidak ada komentar: