Berdasarkan catatan sejarah, manusia telah mengenal perilaku abnormal sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Pandangan manusia terhadap perilaku abnormal dan kesehatan mental sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan pemahaman masyarakat pada zaman dan wilayah tersebut mengenai dunianya. Secara garis besar manusia pada awalnya meyakini bahwa perilaku abnormal terjadi karena pengaruh dari roh jahat (demon), namun akhirnya pemikiran tersebut digantikan seiring pemahaman manusia yang semakin berkembang dalam bidang kedokteran.
Demonologi
Beberapa kebudayaan seperti kebudayaan di Eropa, Afrika dan Asia semenjak jaman kuno telah mempercayai bahwa keberadaan mahluk gaib yang bersifat baik maupun jahat dalam diri seseroang berperan dalam mempengaruhi perilaku manusia tersebut. Gejala-gejala gangguan kejiwaan misalnya seperti delirium (meracau), katatonik (kekakuan tubuh), dan beberapa gangguan mental dipercayai disebabkan oleh pengaruh roh jahat.
Upaya paling umum yang dilakukan untuk menyembuhkan gangguan-gangguan tersebut berdasarkan kepercayaan ini adalah dengan melakukan ritual eksorsisme. Ritual eksorsisme ini berbeda-beda menurut kebudayaan dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat tersebut. Salah satu contoh bentuk ritual eksorsisme yang masih bertahan di kebudayaan masyarakat korea misalnya bisa dilihat di ritual mudang yang cukup popular ditampilkan di berbagai film dan drama korea. Sosok mudang dipercaya dapat memanggil roh leluhur dan membantu mengusir roh jahat dan kutukan yang ada pada diri seseorang.
Trephinasi
Zaman Keemasan Yunani
Zaman keemasan Yunani adalah zaman sekitar abad ke 5 sebelum masehi. Zaman tersebut dikenal dengan mulai bermunculan pemikiran-pemikiran ilmiah yang berasal dari filsuf seperti Hippocrates, Plato, dll. Hippocrates adalah filsuf yang disebut sebagai peletak dasar dasar kedokteran modern. Dia percaya bahwa gangguan kejiwaan bukan disebabkan oleh roh jahat namun berasal dari sumber alamiah yang dapat dijelaskan. Pemahaman yang dikemukakan oleh Hippocrates ini disebut sebagai pemahaman Somatogenesis, yaitu bahwa permasalahan pada jiwa berasal dari permasalahan pada bagian tubuh fisik.
Zaman keemasan islam
Kebudayaan islam ikut membentuk pemahaman yang tepat dalam menangani permasalahan medis, termasuk gangguan jiwa. Rumah sakit jiwa pertama pertama kali didirikan di Baghdad pada tahun 792 Masehi, dan setelah itu didirikan juga di Damaskus dan Aleppo. Rumah sakit jiwa yang didirikan oleh bangsa arab ini dikenal sebagai rumah sakit mental yang pertama kali memberikan layanan kesehatan mental yang manusiawi bagi pasiennya.
Salah satu pemikir muslim yang paling dikenal adalah Ibnu Sina. Ibnu Sina dikenal dengan karyanya yang paling dikenal di dunia medis, yaitu “The Canon of Medicine” menjadi rujukan ilmiah bagi berbagai dokter di seluruh dunia. Ibnu sina ikut memberikan penjelasan mengenai beberapa bentuk gangguan jiwa seperti hysteria, epilepsi, reaksi manik dan melancholia.
Zaman Pertengahan
Pada zaman pertengahan di Eropa sekitar abad ke 5 sampai ke 15 Masehi, penanganan pasien dengan gangguan kejiwaan banyak terpusat di sekitar Gereja. Gereja berperan menjadi tempat pengungsian bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, Pada zaman ini juga, pemahaman gangguan jiwa yang disebabkan oleh roh jahat kembali dipercaya oleh masyarakat eropa pada zaman itu. Gereja memberikan pelayanan eksorsisme terhadap pasian gangguan jiwa dengan bentuk seperti doa, air suci, penggunaan relik suci dan bentuk eksorsisme lainnya.
Salah satu fenomena massa mengenai gangguan jiwa pada zaman pertengahan adalah kepercayaan masyarakat eropa bahwa beberapa orang yang mengalami gejala gangguan mental dianggap sebagai orang yang mempraktekan ilmu sihir – penyihir. Orang-orang yang dituduh sebagai penyihir ini mengalami berbagai bentuk persekusi, dari mulai disakiti sampai dibunuh – pada beberapa kasus bentuk pembunuhannya terjadi sangat kejam yaitu dengan membakar hidup-hidup diatas tiang pancang. Salah seorang tokoh yang terkenal mengalami tuduhan ini adalah Joan of Arc dari perancis. Dia yang mengaku mendengar wahyu ilahi dari Tuhan untuk memimpin rakyat prancis melawan penjajahan Inggris namun berakhir dibakar hidup-hidup karena dituduh sebagai penyihir.
Akhir Zaman Pertengahan
Pada akhir abad pertengahan sekitar abad ke 15 dan 16, mulai muncul rumah sakit jiwa di sekitar eropa yang disebut dengan istilah Asylum. Asylum merupakan institusi yang dibuat secara khusus untuk menangani pasien dengan gangguan kejiwaan. Keberadaan Asylum belum bisa secara tepat disebut sebagai rumah sakit jiwa, karena pada prakteknya lebih bertujuan untuk memisahkan orang-orang dengan permasalahan gangguan jiwa yang dianggap tidak dapat diobati dari masyarakat. Oleh karena itu biasanya Asylum dikenal dengan perlakuan yang kejam dan keadaan pasien yang mengenaskan.
Pada tahun 1547 sebuah asylum didirikan di Inggris berdasarkan perintah Raja Henri VIII, dengan nama St Mary of Bethlem. Asylum yang kemudian dikenal dengan istilah “bedlam” ini dikenal secara luas karena perlakuan tidak manusiawi pada pasiennya. Pasien yang mengalami gangguan berat, dijadikan sebagai bahan tontonan bagi masyarakat pada malam hari, sedangkan pasien dengan gangguan ringan dipaksa untuk mengemis di jalan pada siang hari.Praktek pendirian asylum kemudian hari menyebar ke berbagai daerah di Eropa (dan tanah jajahannya), antara lain di Mexico pada 1566, di Perancis pada 1641, di Moscow pada 1764 dan Vienna pada 1784. Pada masa ini pasien gangguan jiwa diperlakukan lebih seperti binatang buas daripada manusia.
Reformasi Pelayanan Kesehatan Mental
Sampai dengan akhir abad ke 18, penangan pasien gangguan jiwa masih dikenal dengan perlakuan yang kasar dan tidak manusiawi. Namun hal tersebut mulai berubah pada akhir abad ke 18, yaitu ditandai dengan adanya Revolusi perancis yang membawa semangat baru dalam berbagai hal termasuk dalam pandangan terhadap kemanusiaan.
Philippe Pinel
Pada tahun 1792, Pinel ditunjuk untuk mengepalai institusi mental La Bicetre di Paris. Pinel menerapkan perlakuan manusiawi pada pasien dengan gangguan jiwa yang digagas oleh Jean Baptiste Pussin di La Bicetre. Pinel memindahkan pasien dari ruangan yang sebelumnya gelap dan tertutup, menuju ke ruangan yang mendapatkan cahaya matahari dan ventilasi yang baik. Pussin dan Pinel percaya bahwa dengan memberikan perlakuan yang lebih manusiawi pada pasien dengan gangguan kejiwaan akan lebih membantu dalam proses pemulihannya. Gagasan ini menjadi titik penting reformasi pelayanan kesehatan mental karena sebelumnya pasien dengan gangguan jiwa lebih dipandang sebagai gangguan pada masyarakat daripada pasien yang perlu disembuhkan.
Inggris dan Amerika
Reformasi pelayanan kesehatan mental juga terjadi di Inggris dan Amerika. Di Inggris reformasi ini dipelopori oleh William Tuke (1732 – 1822) yang mendirikan institusi mental bernama The York Retreat. Di tempat ini pasien dengan gangguan kejiwaan dapat hidup, bekerja dalam suasana yang manusiawi. Di Amerika penggagas reformasi dilakukan oleh Dorothea Dix (1802 – 1887). Reformasi yang digagasnya disebut sebagai Gerakan Higienitas Mental (Mental Hygiene Movement). Pada tahun 1840an sampai tahun 1860an Dix mengunjungi penjara dan berbagai institusi mental lainnya untuk melihat kondisi dan perlakuan pada pasien dangan gangguan mental di Amerika. Berdasarkan pengalamannya, Dix mengajukan petisi kepada berbagai Negara bagian di Amerika Serikat untuk mereformasi pelayanan kesehatan mentalnya. Hasil dari perjuangannya menggagas reformasi ini, berdiri 32 institusi kesehatan mental di Amerika serikat yang memberikan pelayanan yang manusiawi kepada pasien. Gerakan yang digagasnya juga memberikan dampak di Kanada dan Skotlandia.
Referensi
Mantap
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus